1. Pendahuluan
Pengangguran dan
kemiskinan masih menjadi permasalahan di Indonesia. Pengangguran dan kemiskinan
terjadi karena jumlah lapangan pekerjaan yang tidak sebanding dengan jumlah
calon tenaga kerja. Menurut badan pusat statistik RI jumlah pengangguran tahun
2011 sebanyak 8.12 juta orang, meningkat pada tahun 2012 menjadi 118.1 juta
orang, dan meningkat lagi pada tahun 2013 menjadi 121.8 juta orang.
Di samping
itu, menurut pengamat aktivitas kewirausahaan (Entrepreneurial activity)
minat wirausaha masih relatif rendah. Entrepreneurial activity
diterjemahkan sebagai individu aktif dalam memulai bisnis baru dan dinyatakan
dalam persen total penduduk aktif bekerja. Semakin rendah indek entrepreneurial
activity maka semakin rendah level entrepreneurship suatu negara,
dan dampaknya pada tingginya pengangguran.
Kondisi di
atas mengisaratkan betapa masalah pengangguran menjadi masalah yang sangat
serius. Beberapa pihak menyoal keberadaan lulusan perguruan tinggi saat ini.
Menurut Hendarman, Direktur Kelembagaan Dikti Depdiknas menyatakan ”data
pengangguran terdidik di Indonesia menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan
seseorang, semakin rendah kemandirian dan semangat kewirausahaannya.”
Namun
dilain sisi sektor kewirausahaan ini juga bisa berperan dalam sektor UKM dalam
upaya menghadapi krisis global. Selain itu kewirausahaan juga berperan dalam
peningkatan kinerja manajemen industri kecil menenengah atau UKM.
Maka dari
itu hendaknya jiwa kewirausahaan mulai dikembangkan mulai sejak usia produktif
atau mulai dari kalangan pelajar SMA/SMK. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan
Ciputra (dalam Direktorat Kelembagaan Dikti, 2009) menyatakan: ”Mahasiswa dari
berbagai disiplin ilmu jangan hanya diajarkan bagaimana bisa bekerja dengan
baik, tetapi dipacu untuk bisa menjadi pemilik dari usaha-usaha sesuai latar
belakang ilmu mereka,”. Pendidikan harus dijalankan dengan kreatif. Pendidikan
kewirausahaan harusnya membekali mahasiswa untuk mandiri dan tidak berorientasi
menjadi pencari kerja ketika yang bersangkutan menyelesaikan studinya. Hal ini
menurut Bob Sadino (di Jakarta, 18 Nopember 2008) sebagai dampak dari sistem
pendidikan Indonesia yang kebanyakan masih menggunakan prinsip belajar untuk
tahu, bukan untuk melakukan sesuatu.
2. Tinjauan Pustaka
A. Kewirausahaan
Kewirausahaan atau enterpreneurship pada mulanya merupakan
konsep yang dikembangkan dalam tradisi sosiologi dan psikologi. Pada awal abad
ke-18, Richard Cantillon, sarjana kelahiran Irlandia yang besar di Perancis,
menyatakan bahwa enterpreneurship merupakan fungsi dari risk bearing.
Satu abad berikutnya, Joseph Schumpeter memperkenalkan fungsi inovasi sebagai
kekuatan hebat dalam enterpreneurship. Sejak itu, konsep enterpreneurship
merupakan akumulasi dari fungsi keberanian menganggung risiko dan inovasi (Siswoyo, 2009).\
Enterpreneurship adalah suatu proses kreativitas dan inovasi yang mempunyai resiko
tinggi untuk menghasilkan nilai tambah bagi produk yang bermanfaat bagi
masyarakat dan mendatangkan kemakmuran bagi wirausahawan. Kewirausahaan
merupakan kemampuan melihat dan menilai peluang bisnis serta kemampuan mengoptimalkan
sumberdaya dan mengambil tindakan dan risiko dalam rangka mensukseskan bisnisnya.
Berdasarkan definisi ini kewirausahaan itu dapat dipelajari oleh setiap individu
yang mempunyai keinginan, dan tidak hanya didominasi individu yang berbakat
saja.
Kewirausahaan merupakan pilihan yang tepat bagi individu yang
tertantang untuk menciptakan kerja,bukan mencari kerja. Menurut Siswoyo, (2006).
Entrepreneur adalahm mereka yang berani mewujudkan ide menjadi
kenyataan. Menurut Joseph Schumpeter, Entrepeneur is a person who perceives an
oppotunity and creates an organization to pursue it (Bygrave, 1994:2).
Wirausaha adalah orang yang melihat adanya peluang, kemudian menciptakan sebuah
organisasi untuk memanfaatkan peluang tersebut.
Berdasarkan pengertian tersebut, kepribadian seorang entrepreneur
diidentifikasi oleh beberapa peneliti (Siswoyo, 2006) sebagai berikut:
1.
Desire for responsibility yaitu memiliki rasa tanggung jawab yang
besar terhadap usaha yang baru dirintisnya.
2.
Preference for moder-ate risk. Entrepreneur lebih memperhitungkan
risiko. Entrepreneur melihat peluang bisnis berdasar pengetahuan, latar
belakang, dan pe-ngalaman mereka.
3.
Confidence in their ability to succeed. Entrepreneur seringkali
memiliki rasa percaya diri yang tinggi.
4.
Desire for immediate feedback. Entrepreneur ingin mengetahui bagaimana
tanggapan orang lain tentang cara yang mereka sedang jalankan, dan untuk itu
mereka senang sekali jika mendapat masukan dari orang lain.
5.
Highlevel of energy. Entrepreneur terkesan memiliki energi yang lebih besar
dibandingkan dengan kebanyakan orang.
6.
Future orientation. Entrepreneur diberkahi kemampuan yang baik
dalam melihat sebuah peluang.
7.
Skill at organizing. Entrepreneur mempunyai kemampuan
menempatkan orang sesuai bidang dan kemampuannya. Value of achievement over
money. Dalam menjalankan bisnisnya, yang menjadi kekuatan utama entrepreneur
adalah sebuah pencapaian kesuksesan, dan uang hanyalah sebuah simbol untuk menandakan
sebuah pencapaian (PPM Manajemen, 2004).
Menurut Alma (2008) manfaat wirausaha antara lain sebagai berikut.
1. Menambah daya tampung tenaga kerja, sehingga dapat
mengurangi pengangguran.
2. Sebagai generator
pembangunan lingkungan bidang produksi, distribusi, pemeliharaan lingkungan, kesejahteraan,
dan sebagainya.
3. Menjadi pribadi
unggul yang patut diteladani, karena sebagai seorang wirausaha yang terpuji, jujur,
berani, hidup tidak merugikan orang lain.
4. Memberi contoh bagaimana bekerja keras, tetapi
tidak melupakan perintah-perintah agama, dekat dengan Tuhan.
5. Selalu menghomati
hukum dan peraturan yang berlaku, berusaha selalu menjaga dan membangun
lingkungan.
6. Berusaha memberi bantuan kepada orang lain dalam
bidang pembangunan sosial, sesuai dengan kemampuannya.
7. Berusaha mendidik
karyawan menjadi orang mandiri, disiplin, jujur, dan tekun dalam menghadapi pekerjaan.
8. Hidup tidak
berfoya-foya dan tidak boros.
9. Memelihara keserasian lingkungan, baik
dalampergaulan maupun kebersihan lingkungan.
Banyak text
book yang telah mendefinisikan ciri-ciri kewirausahaan dari berbagai aspek,
semisalnya gender, produk yang dihasilkan, usia, serta profil psikologis, seperti yang ditulis oleh Griffin & Ebert
(2005) dan Boone (2007), yang dapat diringkas sbb:
1.
Mempunyai hasrat untuk
selalu bertanggung jawab bisnis dan sosial
2.
Komitmen terhadap tugas.
3.
Memilih resiko yang moderat
4.
Merahasiakan kemampuan untuk
sukses
5.
Cepat melihat peluang
6.
Orientasi ke masa depan
7.
Selalu melihat kembali
prestasi masa lalu
8.
Memiliki skill dalam organisasi
9.
Toleransi terhadap ambisi
10. Fleksibilitas tinggi
B. Usaha Kecil Menengah (UKM)
Usaha Kecil didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi yang dilakukan
oleh perseorangan atau rumah tangga maupun suatu badan bertujuan untuk
memproduksi barang atau jasa untuk diperniagakan secara komersial dan mempunyai
omzet penjualan sebesar 1 (satu) miliar rupiah atau kurang. Sementara Usaha
Menengah didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh perseorangan
atau rumah tangga maupun suatu badanbertujuan untuk memproduksi barang atau
jasa untuk diperniagakan secara komersial dan mempunyai omzet penjualan lebih
dari 1 (satu) miliar.
Ciri – ciri perusahaan kecil dan menengah di Indonesia, secara
umum adalah:
1.
Manajemen
berdiri sendiri, dengan kata lain tidak ada pemisahan yang tegas antara pemilik
dengan pengelola perusahaan. Pemilik adalah sekaligus pengelola dalam UKM.
2.
Modal
disediakan oleh seorang pemilik atau sekelompok kecil pemilik modal.
3.
Daearah
operasinya umumnya lokal, walaupun terdapat juga UKM yang memiliki orientasi
luar negeri, berupa ekspor ke negara-negara mitra perdagangan.
4.
Ukuran
perusahaan, baik dari segi total aset, jumlah karyawan, dan sarana prasarana
yang kecil.
3. Pembahasan
Krisis global dunia telah menggagalkan, bahkan membangkrutkan
banyak bisnis di dunia. Di tengah krisis global yang melanda dunia tahun
2008-2009, Indonesia menjadi salah satu negara korban krisis global, walaupun
kita telah belajar dari pengalaman sebelumnya bahwa sektor UKM tahan krisis,
namun tetap saja harus ada kewaspadaan akan dampak krisis ini terhadap sektor
UKM, Mudradjad Kuncoro mengatakan ada 7 tantangan yang harus dihadapi UKM dalam
era krisis global, yaitu:
1.
Tidak
adanya pembagian tugas yang jelas antara bidang administrasi dan operasi. Kebanyakan
UKM dikelola oleh perorangan yang merangkap sebagai pemilik sekaligus pengelola
perusahaan, serta memanfaatkan tenaga kerja dari keluarga dan kerabat dekatnya.
2.
Akses
industri kecil terhadap lembaga kredit formal rendah, sehingga mereka cenderung
menggantungkan pembiayaan usahanya dari modal sendiri atau sumber lain, seperti
keluarga, kerabat, pedagang perantara, bahkan rentenir.
3.
Sebagian
besar usaha kecil ditandai dengan belum dipunyainya status badan hukum.
Mayoritas UKM merupakan perusahaan perorangan yang tidak berakta notaris, 4,7% tergolong
perusahaan perorangan berakta notaris, dan hanya 1,7% yang sudah memiliki badan
hukum (PT/ NV, CV, Firma, atau koperasi).
4.
Tren
nilai ekspor menunjukkan betapa sangat berfluktuatif dan berubah-ubahnya komoditas
ekspor Indonesia selama periode 1999-2006.
5.
Pengadaan
bahan baku, masalah terbesar yang dihadapi dalam pengadaan bahan baku.adalah
mahalnya harga, terbatasnya ketersediaan, dan jarak yang relatif jauh. Ini karena
bahan baku bagi UKM yang berorientasi ekspor sebagian besar berasal dari luar
daerah usahan tersebut berlokasi.
6.
Masalah
utama yang dihadapi dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja adalah tidak terampil
dan mahalnya biaya tenaga kerja. Regenerasi perajin dan pekerja terampil relatif
lambat. Akibatnya, di banyak sentra ekspor mengalami kelangkaan tenaga terampil untuk sektor tertentu.
7.
Dalam
bidang pemasaran, masalahnya terkait dengan banyaknya pesaing yang bergerak
dalam industri yang sama, relatif minimnya kemampuan bahasa asing sebagai suatu
hambatan dalam melakukan negosiasi, dan penetrasi pasar di luar negeri.
Seperti yang telah dijelaskan dalam bagian pendahuluan, salah satu
langkah strategis untuk mengamankan UKM dari ancaman dan tantangan krisis
global adalah dengan melakukan penguatan pada multi-aspek. Salah satu yang
dapat berperan adalah aspek kewirausahaan. Wirausaha dapat mendayagunakan
segala sumber daya yang dimiliki, dengan proses yang kreatif dan inovatif,
menjadikan UKM siap menghadapi tantangan krisis global. Beberapa peran kewirausahaan
dalam mengatasi tantangan di UKM adalah:
1.
Memiliki
daya pikir kreatif,
yang meliputi:
a.
Selalu
berpikir secara visionaris (melihat jauh ke depan), sehingga memiliki
perencanaan tidak saja jangka pendek, namun bersifat jangka panjang (stratejik).
b.
Belajar
dari pengalaman orang lain, kegagalan, dan dapat terbuka menerima kritik dan
saran untuk masukan pengembangan UKM.
2.
Bertindak
inovatif, yaitu:
a.
Selalu
berusaha meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan produktivitas dalam setiap
aspek kegiatan UKM.
b.
Meningkatkan
kewaspadaan dalam menghadapi persaingan bisnis.
3.
Berani
mengambil resiko,
dan menyesuaikan profil resiko serta mengetahui resiko dan manfaat dari suatu
bisnis. UKM harus memiliki manajemen resiko dalam segala aktivitas usahanya
4. Jurnal Pendukung
a. Penelitian yang dilakukan oleh H. Bambang Banu
Siswoyo dengan judul Pengembangan Jiwa Kewirausahaan di Kalangan Dosen dan
Mahasiswa menyatakan masalah pengangguran menjadi
masalah yang sangat serius, dan praktik kewirausahaan sebagai salah satu solusinya. Masa depan wirausahawan digambarkan akan terus cemerlang.
Pembekalan dan penanaman jiwa entrepreneur pada mahasiswa diharapkan dapat
memotivasi mahasiswa menjadi wirausahawan yang tangguh, ulet dan mandiri. Kewirausahaan
merupakan persoalan penting di dalam perekonomian suatu bangsa yang sedang mambangun.
Kemajuan atau kemuduran ekonomi suatu bangsa ditentukan oleh keberadaan dan
peranan dari kelompok entrepreneur ini.
b.
Penelitian yang
dilakukan oleh Nunuy Nur Afiah dengan judul Peran Kewirausahaan dalam
Memperkuat UKM Indonesia Menghadapi Krisis Finansial Global menyatakan Usaha Kecil Menegah (UKM) Indonesia
telah membuktikan perannya sebagai kontributor
pertumbuhan ekonomi Indonesia, dengan membuktikan diri secara historis
tahan terhadap krisis. Aspek kewirausahaan dapat berperan dalam menghadapi
tantangan yang dihadapi UKM, yaitu bagaimana UKM harus dapat bertindak
inovatif, berpikir kreatif, dan berani mengambil resiko.
5. Kesimpulan
Negara
– negara berkembang rentan dengan krisis, akibat atau dampak krisis ni adalah
kemiskinan dan pengangguran serta masalah – masalah ekonomi lainnya yang
berlanjut ke masalah – masalah sosial. Banyak sekali perusahan – perusahan
besar yang tidak bisa bertahan dalam krisis yang berujung pada pailit atau
gulung tikar. Namun perusahan – perusahan kecil atau yang lebih dikenal dengan
Usaha Kecil Menengah (UKM) sanggup bertahan dari krisis tersebut, hal ini
didukung dengan survei yang dilakukan oleh tim Prabowo yang menyebutkan bahwa sektor
– sektor kecil sanggup bertahan dari krisis namun masalahnya adalah jumlahnya
sangat sedikit. Maka dari itu perlunya dikembangkan jiwa – jiwa kewirausahaan
sehingga akhirnya para sektor UKM bisa bertambah unitnya.
6. Daftar Pustaka
Nur Afiah, Nunuy. 2009. Peran
Kewirausahaan dalam Memperkuat UKM Indonesia Menghadapi Krisis Finansial
Global. Available at http://ppa.fe.unpad.ac.id/uploads/files/wp-acc01.pdf.
Diakses 31 Maret 2013.
Siswoyo, Bambang. 2009. Pengembangan
Jiwa Kewirausahaan di Kalangan Dosen dan Mahasiswa. Available at http://fe.um.ac.id/wp-content/uploads/2009/10/bambang_banu4.pdf.
Diakses pada 31 Maret 2013.