Selasa, 22 Oktober 2013

Dampak Inflasi terhadap Perekonomian


A.         Pendahuluan

1.  Latar Belakang

Suatu perekonomian disuatu negara sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor – faktor tersebut diantaranya adalah Inflasi. Inflasi adalah suatu kenaikan harga – harga. Inflasi bisa diakibatkan oleh kebijakan – kebijakan yang diambil oleh pemerintah.
Suatu inflasi tidak boleh terlalu besar atau biasa disebut hyper inflasi karena mengakibatkan daya beli masyrakat turun dan tidak boleh terlalu rendah karena akan melemahkan daya saing.
Perekonomian di suatu negara bisa dikatakan baik apabila kebijakan – kebijakan yang diambil oleh pemerintahnya bisa mengendalikan inflasi.
Seberapa jauh dampak inflasi dalam perekonomian sangat tergantung kepada tingkat keparahan inflasi tersebut. Kadangkala kenaikan harga yang terlalu tinggi mempunyai pengaruh yang positif terutama terhadap iklim investasi karena kenaikan harga pada dasarnya merupakan insentif bagi pengusaha untuk melakukan kegiatan produksinya. Secara teori, laju inflasi yang terlalu rendah menunjukkan adanya kelesuan ekonomi. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa harga-harga yang tidak bergerak keatas sehingga menandakan adanya kelemahan pada sisi permintaan.  Tidak jarang terlalu rendahnya tingkat inflasi merupakan indikator lemahnya daya beli masyarakat yang pada gilirannya akan menekan laju pertumbuhan ekonomi. Kesepakatan para ahli bahwa efek positip pertumbuhan dicapai secara maksimal pada kisaran inflasi sebesar 5 - 6% pertahun.



2.  Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka masalah dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.      Perekonomian di Indonesia
2.      Inflasi
a.       Pengertian Inflasi
b.      Penyebab Inflasi
c.       Jenis Inflasi
d.      Dampak Inflasi
e.       Cara Mengatasi Inflasi
3.      Dampak Inflasi terhadap Perekonomian


















B.          Pembahasan

1.      Perekonomian Indonesia

Bidang perekonomian, perekonomian merupakan suatu bidang kegiatan manusia dalam rangka mencukupi kebutuhannya disamping alat pemuas kebutuhan yang terbatas. Hal tersebut dalam ilmu ekonomi menyangkut berbagai bidang antara lain permintaan, penawaran, produksi, distribusi barang dan jasa. 
Bidang ekonomi tidak bisa dilepaskan dengan factor-faktor lainnya yang saling berkaitan. Perekonomian selain berkaitan dengan wilayah geografi suatu Negara, juga sumber kekayaan alam, sumber daya manusia, cita-cita masyarakat yang lazimnya disebut ideology, akumulasi kekuatan, kekuasaan, serta kebijaksanaan yang akan diterapkan dalam kegiatan produksi dan distribusi, nilai social budaya, serta pertahanan dan keamanan yang memberikan jaminan lancarnya roda kegiatan ekonomi suatu bangsa. Proses tersebut akan mempunyai dampak positif dalam arti meningkatkan kesejahteraan suatu banga manakala kegiatan ekonomi itu terselenggara dalam posisi keseimbangan antara permintaan dan penawaran, produksi, distribusi barang dan jasa.
Permasalah perekonomian saat ini adalah bukan hanya sekadar inflasi atau deflasi melainkan adanya ketimpangan – ketimpangan di berbagai daerah, seperti didaerah tertentu ada yang mempunyai rumah mewah tapi di suatu daerah tertentu masih ada yang mempunyai rumah yang kumuh.
Salah satu faktor yang mempengaruhi perekonomian adalah inflasi, dampaknya adalah melemahnya daya beli masyrakat, lesunya investasi sehingga mengakibatkan pertumbuhan perekonomian menjadi terhambat.

2.      Inflasi

2.1  Pengetian Inflasi

Menurut Parkin dan Bade inflasi adalah pergerakan ke arah atas dari tingkatan harga. Secara mendasar ini berhubungan dengan harga, hal ini bisa juga disebut dengan berapa banyaknya uang (rupiah) untuk memperoleh barang tersebut.
Menurut Nopirin (1987:25) inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus menerus selama peride tertentu.
Menurut Samuelson dan Nordhaus (1998: 578-603) inflasi dinyatakan sebagai kenaikan harga secara umum. Jadi tingkat inflasi adalah tingkat perubahan harga secara umum yang dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:

Rate of inflation (yeart) = Price level (year t) – price level
                                  (year t-1) rice level (year t-1).

Ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan telah terjadi inflasi, menurut Prathama dan Mandala (2001:203) adalah:
1. Kenaikan harga
Harga suatu komoditas dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi darpada harga periode sebelumnya.
2. Bersifat umum
Kenaikan harga suatu komoditas belum dapat dikatakan inflasi jika kenaikan tersebut tidak menyebabkan harga secara umum naik.
3. Berlangsung terus menerus
Kenaikan harga yang bersifat umum juga belum akan memunculkan inflasi, jika terjadi sesaat, karena itu perhitungan inflasi dilakukan dalam rentang waktu minimal bulanan.

Menurut Rahardja (1997: 32) inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk meningkat secara umum dan terus-menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, tetapi jika kenaikan meluas kepada sebagian besar harga barang-barang maka hal ini disebut inflasi.
 Eachern (2000: 133) menyatakan bahwa inflasi adalah kenaikan terus-menerus dalam rata-rata tingkat harga. Jika tingkat harga berfluktuasi, bulan ini naik dan bulan depan turun, setiap adanya kenaikan kerja tidak berarti sebagai inflasi.
Sukirno (2004: 27) memberikan definisi bahwa inflasi adalah suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian.
BPS (2000: 10) mendefinisikan inflasi sebagai salah satu indikator untuk melihat stabilitas ekonomi suatu wilayah atau daerah yang menunjukkan perkembangan harga barang dan jasa secara umum yang dihitung dari indeks harga konsumen. Dengan demikian angka inflasi sangat mempengaruhi daya beli masyarakat yang berpenghasilan tetap, dan di sisi lain juga mempengaruhi besarnya produksi barang.
Berdasarkan berbagai definisi yang telah dikemukakan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa secara umum inflasi adalah suatu gejala naiknya harga secara terus-menerus (berkelanjutan) terhadap sejumlah barang. Kenaikan yang sifatnya sementara tidak dikatakan inflasi dan kenaikan harga terhadap satu jenis komoditi juga tidak dikatakan inflasi.


2.2  Ukuran Inflasi

Ada beberapa cara untuk mengukur inflasi. Inflasi utama adalah angka inflasi baku seperti yang dilaporkan melalui Indeks Harga Konsumen (IHK) atau dalam bahasa luarnya Consumer Price Index (CPI). Biro Statistik merilis angka IHK bulanan. Angka ini menghitung biaya untuk membeli sejumlah barang sebagai cara untuk menentukan berapa banyak inflasi yang terjadi dalam ekonomi secara luas sebagai persentase kenaikan tahunan. Misalnya, angka inflasi 3% setara dengan tingkat bulanan, jika diulang selama 12 bulan, akan menciptakan inflasi 3% untuk tahun ini.
Angka inflasi tidak disesuaikan dengan perubahan musiman dalam perekonomian atau untuk yang lebih sering unsur harga pangan dan energi yang volatile. Inflasi utama adalah ukuran yang memiliki arti terbesar bagi konsumen, karena kita harus makan dan mengisi bahan bakar.
Inflasi inti, yang merupakan tolok ukur yang disukai bank sentral, adalah ukuran inflasi yang tidak termasuk makanan dan energi. Inflasi inti menghilangkan barang-barang ini karena mereka dapat memiliki guncangan harga sementara yang dapat menyimpang dari tren inflasi secara keseluruhan dan memberikan apa yang pandangan bias pada bank sentral sebagai ukuran inflasi. Inflasi inti paling sering dihitung dengan mengambil Indeks Harga Konsumen dan tidak termasuk barang-barang tertentu (biasanya energi dan produk makanan). Metode lain termasuk perhitungan metode outlier, yang menghilangkan produk yang telah memiliki perubahan harga terbesar. Inflasi inti diperkirakan menjadi indikator yang mendasari inflasi jangka panjang.
Beberapa variasi pada inflasi juga perlu diperhatikan. Hiperinflasi adalah inflasi yang luar biasa cepat dan tinggi. Dalam kasus ekstrim, hal ini dapat menyebabkan kerusakan sistem moneter suatu negara. Salah satu contoh yang paling menonjol dari hiperinflasi terjadi di Jerman pada tahun 1923, ketika harga naik 2.500% dalam satu bulan, juga pada beberapa Negara Afrika seperti Zimbabwe beberapa tahun yang lalu.
Stagflasi adalah kombinasi dari tingginya angka pengangguran dan stagnasi ekonomi dengan inflasi. Hal ini terjadi di negara-negara industri pada 1970-an, ketika ekonomi yang buruk dikombinasikan dengan kenaikan harga minyak OPEC. Di ujung lain dari spektrum adalah deflasi, yang terjadi ketika tingkat harga umum jatuh. Ini adalah kebalikan dari inflasi.

2.3  Efek Inflasi

Efek inflasi sangat luas dan beraneka ragam serta menurunkan tingkat kesejahteraan hidup masyarakat. Laju tingkat pertumbuhan inflasi yang tinggi akan merusak struktur ekonomi dan melemahkan kinerja perekonomian suatu negara.
Menurut Nopirin (1987 : 32) inflasi mempunyai efek sebagai berikut :
a.           Efek terhadap pendapatan ( Equity Effects)
Efek inflasi terhadap pendapatan bersifat tidak merata, ada yang mengalami kerugian terutama mereka yang berpenghasilan tetap dan ada pula kelompok yang mengalami keuntungan dengan adanya inflasi. Inflasi menguntungkan masyarakat yang pendapatannya ikut naik dengan adanya kenaikan harga, tetapi merugikan golongan masyarakat yang mempunyai pendapatan tetap. Hal ini disebabkan pada masa inflasi harga barang-barang dan jasa-jasa naik yang berarti turunnya nilai uang. Pihak-pihak yang mendapatkan keuntungan dengan adanya inflasi adalah mereka yang memperoleh kenaikan pendapatan dengan persentase yang lebih besar dari laju inflasi, atau mereka yang mempunyai kekayaan bukan uang dimana nilainya naik dengan persentase lebih besar dari laju inflasi.
b.          Efek terhadap efisiensi ( Efficiency Effects)
Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang yang kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu. Dengan adanya inflasi permintaan akan barang tertentu mengalami kenaikan yang lebih besar dari barang lain, yang kemudian mendorong kenaikan produksi barang tersebut. Kenaikan produksi barang ini pada gilirannya akan merubah pola alokasi faktor produksi yang sudah ada.
c.           Efek terhadap output ( Output Effects )
Apabila laju inflasi sangat tinggi (hyper inflation) dapat menyebabkan penurunan output. Dalam keadaan inflasi yang tinggi, nilai uang riil turun dengan drastis, masyarakat cenderung tidak menyukai uang kas,  transaksi mengarah ke barter, yang biasanya diikuti dengan turunnya produksi barang.

2.4  Teori Inflasi


Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Walaupun analisis ekonomi dan kebijakan ekonomi terhadap inflasi sejak tahun 1970-an dapat dibedakan menjadi dua kelompok aliran, yakni Keynesian dan Monetaris namun dalam beberapa literatur disebutkan versi yang berbeda, dimana  aliran inflasi dibagi menjadi, Klasik, Keynesian, Moneterisme, dan Ekspektasi.

1.      Teori Inflasi Klasik
Teori ini berpendapat bahwa tingkat harga terutama ditentukan oleh jumlah uang beredar, yang dapat dijelaskan melalui hubungan antara nilai uang dengan jumlah uang, serta nilai uang dan harga. Bila jumlah uang bertambah lebih cepat dari pertambahan barang maka nilai uang akan merosot dan ini sama dengan kenaikan harga. Jadi menurut Klasik, inflasi berarti terlalu banyak uang beredar atau terlalu banyak kredit dibandingkan dengan volume transaksi maka obatnya adalah membatasi jumlah uang beredar dan kredit. Pendapat Klasik tersebut lebih jauh dapat dirumuskan sebagai berikut :

Inflasi = f(jumlah uang beredar, kredit).

2.      Teori Inflasi Keynes
Teori ini mengasumsikan  bahwa perekonomian sudah berada pada tingkat full employment. Menurut Keynes kuantitas uang tidak berpengaruh terhadap tingkat permintaan total, karena suatu perekonomian dapat mengalami inflasi walaupun tingkat kuantitas uang tetap konstan. Jika uang beredar bertambah maka harga akan naik.  Kenaikan harga ini akan menyebabkan bertambahnya permintaan uang untuk transaksi, dengan demikian akan menaikkan suku bunga. Hal ini akan mencegah pertambahan permintaan untuk investasi  dan akan melunakkan tekanan inflasi.
Analisa Keynes mengenai inflasi permintaan dirumuskan berdasarkan konsep inflationary gap. Menurut Keynes, inflasi permintaan yang benar-benar penting adalah yang ditimbulkan oleh pengeluran pemerintah, terutama yang berkaitan dengan peperangan, program investasi yang besar-besaran dalam kapital sosial. Dengan demikian pemikiran Keynes tentang inflasi dapat dirumuskan menjadi :

Inflasi = f (jumlah uang beredar, pengeluaran pemerintah, suku  
                bunga, investasi).

3.      Teori Inflasi Moneterisme
Teori ini berpendapat bahwa, inflasi  disebabkan oleh kebijaksanaan moneter dan fiskal yang ekspansif, sehingga jumlah uang beredar di masyarakat sangat berlebihan. Kelebihan uang beredar di masyarakat akan menyebabkan terjadinya kelebihan permintaan barang dan jasa di sektor riil. Menurut golongan moneteris, inflasi dapat diturunkan dengan cara menahan dan menghilangkan kelebihan permintaan melalui kebijakan moneter dan fiskal yang bersifat kontraktif, atau melalui kontrol terhadap peningkatan upah serta penghapusan terhadap subsidi atas nilai tukar valuta asing. Sehingga teori inflasi menurut Moneterisme dapat dinotasikan sebagai berikut :

Inflasi = f (kebijakan moneter ekspansif, kebijakan fiskal
              ekspansif).

4.      Teori Ekspektasi
Menurut Dornbusch, bahwa pelaku ekonomi membentuk ekspektasi laju inflasi berdasarkan ekspektasi adaptif dan ekspektasi rasional. Ekspektasi rasional adalah ramalan optimal mengenai masa depan dengan menggunakan semua informasi yang ada. Pengertian rasional adalah suatu tindakan yang logik untuk mencapai tujuan berdasarkan informasi yang ada. Artinya secara sederhana teori ekspektasi dapat dinotasikan menjadi :

Inflasi = f (ekspektasi adaftif,ekspektasi rasional)

5.      Teori Strukturalis
         Adalah teori mengenai inflasi yang didasarkan atas pengalaman di negara Amerika Latin. Teori ini memberi tekanan pada ketegaran (rigidities) dari struktur perekonomian yang sedang berkembang. Karena inflasi dikaitkan dengan faktor-faktor struktural dari perekonomian (faktor-faktor ini hanya bisa berubah secara gradual dan dalam jangka panjang) maka teori ini disebut juga teori inflasi jangka panjang.

2.5  Cara Mengatasi Inflasi

Dari berbagai teori diatas maka terdapat beberapa cara menanggulangi inflasi atau kebijakan inflansi yaitu :
1.   Kebijaksanaan Moneter.
Kebijakan ini dicapai melalui pengaturan jumlah uang yang beredar yang terdiri atas giro dan kas.
2.   Kebijakasanaan Fiskal
Kebijakan ini menyangkut mengenai pengaturan tentang pengeluaran pemerintah serta perpajakan yang secara langsung dapat mempengaruhi permintaan total dan dengan demikian akan mempengaruhi harga.
3.   Kebijaksanaan yang berkaitan dengan output
Kebijakan ini dapat memperkecil laju inflasi.
4.   Kebijaksanaan Penentuan Harga
Kebijakan ini secara langsung terjun melakukan operasi pasar untuk mengendalikan harga.

5.      Kebijakan Umum
Kebijakan ini dimaksudkan untuk memperbaiki struktur perekonomian yang tidak fleksibel menghadapi perkembangan perekonomian yang ada . kebijakan ini dapat berakibat langsung terhadap menurunya inflasi munkin juga dapat bersifat tidak langsung.

3.    Dampak Inflasi terhadap Perekonomian

Dampak inflasi terhadap perekonomian yang pada akhirnya akan berpengaruh kepada tingkat kemakmuran masyarakat, berikut ini dampak negatif dari inflasi:
1.    Terhadap distribusi pendapatan ada pihak-pihak yang dirugikan, diantaranya
a.       Inflasi akan merugikan bagi mereka yang berpendapatan tetap, seperti; pegawai negeri.  Contoh, amir seorang pegawai negeri memperoleh gaji Rp. 60.000.000 setahun dan laju inflasi     10%. Bila penghasilan Amir tidak mengalami perubahan, maka ia akan mengalami penurunan     pendapatan riil sebesar 10% x Rp. 60.000.000 = Rp. 6.000.000.
b.      Kerugian akan dialami bagi mereka yang menyimpan kekayaan dalam bentuk uang tunai.
c.       Kerugian akan dialami para kreditur, bila bunga pinjaman yang diberikan lebih rendah dari     inflasi.
Di lain pihak ada yang diuntungkan dengan adanya inflasi:
- Orang yang persentase pendapatannya melebihi persentase kenaikan inflasi
- mereka yang memiliki kekayaan bukan dalam bentuk uang tunai, tetapi
  dalam bentuk barang atau emas.
2.      Dampak terhadap efisiensi, berpengaruh pada:
a.       Proses produksi dalam penggunaan faktor-faktor produksi menjadi tidak efesien ada saat terjadi inflasi.
b.      Perubahan daya beli masyarakat yang berdampak terhadap struktur permintaan masyarakat terhadap beberapa jenis barang.
3.      Dampak inflasi terhadap output (hasil produksi):
a.       Inflasi bisa menyebabkan kenaikan produksi. Biasanya dalam keadaan inflasi kenaikan harga   barang akan mendahului kenaikan gaji, hal ini yang menguntungkan produsen.
b.      Bila laju inflasi terlalu tinggi akan berakibat turunnya jumlah hasil produksi, dikarenakan nilai riil   uang akan turun dan masyarakat tidak senang memiliki uang tunai, akibatnya pertukaran   dilakukan antara barang dengan barang.
4.      Dampak inflasi terhadap pengangguran
Suatu negara yang berusaha menghentikan laju inflasi yang tinggi, berarti pada saat yang sama akan menciptakan pengangguran. Untuk melihat laju inflasi dengan tingkat pengangguran, dapat diperlihatkan dalam Kurva Philips:














Keterangan Gambar:
1.  Kurva philip adalah kurva yang menggambarkan hubungan negatif antara inflasi dan pengangguran.
a.       Semakin tinggi tingkat inflasi, maka tingkat pengangguran semakin rendah.
b.      Semakin rendah tingkat inflasi, maka tingkat pengangguran semakin tinggi
2.    Pada titik E, tingkat inflasi nol dan pengangguran ada tingkat pengguna tenaga kerja penuh (full employment)
a.       Pada titik A, tingkat inflasi negatif (deflationary gap), tingkat pengangguran lebih tinggi.
b.      Pada titik B, tingkat inflasi positif (inflationary gap), tingkat pengangguran lebih rendah.

















C.          Kesimpulan

Jadi dapat disimpulkan bahwa suatu perekonomian dapat perekonomian adalah perekonomian merupakan suatu bidang kegiatan manusia dalam rangka mencukupi kebutuhannya disamping alat pemuas kebutuhan yang terbatas. Hal tersebut dalam ilmu ekonomi menyangkut berbagai bidang antara lain permintaan, penawaran, produksi, distribusi barang dan jasa. 
Inflasi adalah suatu gejala naiknya harga secara terus-menerus (berkelanjutan) terhadap sejumlah barang. Kenaikan yang sifatnya sementara tidak dikatakan inflasi dan kenaikan harga terhadap satu jenis komoditi juga tidak dikatakan inflasi.
Kemudian dampak dari inflasi dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1.      Dilihat dari distribusi pendapatan dimana akan merugikan pihak – pihak yang berpendapatan tetap.
2.      Dilihat dari efesiensi, yaitu dimana faktor – faktor produksi menjadi tidak efisien.
3.      Dilihat dari kenaikan output dimana adanya kenaikan biaya produksi
4.      Dilihat dari segi pengagguran yaitu dimana jika inflasi naik maka pengaggran rendah dan kebalikanya.









D.         Daftar Pustaka

Ahira, Anne. Kondisi Perekonomian Indonesia Saat Ini. http://www.anneahira.com/kondisi-perekonomian-indonesia-saat-ini.htm. Diakses pada tanggal 19 Oktober 2013.

Christy, Claudia. 2013. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi dalam Perekonomian Suatu Negara. http://claudiachristi.blogspot.com/2013/04/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html. Diakses pada tanggal 19 Oktober 2013.

Education. Pengertian dan Jenis Inflasi. http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/07/pengertian-dan-jenis-inflasi.html. Diakses pada tanggal 21 Oktober 2013.

Genius. Inflasi. http://genius.smpn1-mgl.sch.id/file.php/1/ANIMASI/ekonomi%20dan%20Sosial/INFLASI/materi03.html. Diakses pada tanggal 21 Oktober 2013.


Josephine. 2013. Makalah Perekonomian Indonesia. http://josephinejoe.wordpress.com/2013/06/09/makalah-perekonomian-indonesia/. Diakses pada tanggal 19 Oktober 2013.



Kata Ilmu. Pengertian Inflasi.  http://www.katailmu.com/2013/05/pengertian-inflasi.html. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2013.

Mahadana. 2013. Apasih Inflasi itu?. http://www.mahadanalearning.com/artikel/ekonomi/177-apa-sih-inflasi-itu.html. Diakses pada tanggal 21 Oktober 2013.

Hidayat, Rachmat. 2011. Teori Inflasi. http://ramadunja.blogspot.com/2011/05/teori-inflasi.html. Diakses pada tanggal 21 Oktober 2013.

Rahardja, Prathama. Uang dan Perbankan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sihombing. 2009. Inflasi dan Dampak Inflasi. http://sihombingruben.blogspot.com/2009/10/pengertian-dan-dampak-inflasi_8943.html. Diakses pada tanggal 21 Oktober 2013.

Shooving. 2011. Pengertian Perekonomian.  http://id.shvoong.com/law-and-politics/political-economy/2117289-pengertian-perekonomian/#ixzz2iBHTVidD. Diakses pada tanggal 19 Oktober 2013.

Universitas Tarumanegara. Dampak Inflasi terhadap Perekonomian. http://www.ut.ac.id/html/suplemen/espa4210/espa4210a/dampak%20inflasi.htm. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2013.