A.
Pendahuluan
1. Latar Belakang
Suatu perekonomian disuatu negara sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Faktor – faktor tersebut diantaranya adalah Inflasi. Inflasi adalah suatu
kenaikan harga – harga. Inflasi bisa diakibatkan oleh kebijakan – kebijakan
yang diambil oleh pemerintah.
Suatu inflasi tidak boleh terlalu besar atau biasa disebut hyper inflasi
karena mengakibatkan daya beli masyrakat turun dan tidak boleh terlalu rendah
karena akan melemahkan daya saing.
Perekonomian di suatu negara bisa dikatakan baik apabila kebijakan –
kebijakan yang diambil oleh pemerintahnya bisa mengendalikan inflasi.
Seberapa jauh dampak inflasi dalam perekonomian sangat tergantung kepada
tingkat keparahan inflasi tersebut. Kadangkala kenaikan harga yang terlalu tinggi mempunyai pengaruh
yang positif terutama terhadap iklim investasi karena kenaikan harga pada
dasarnya merupakan insentif bagi pengusaha untuk melakukan kegiatan
produksinya. Secara teori, laju inflasi yang terlalu rendah menunjukkan adanya
kelesuan ekonomi. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa harga-harga yang tidak
bergerak keatas sehingga menandakan adanya kelemahan pada sisi
permintaan. Tidak jarang terlalu rendahnya tingkat inflasi merupakan
indikator lemahnya daya beli masyarakat yang pada gilirannya akan menekan laju
pertumbuhan ekonomi. Kesepakatan para ahli bahwa efek positip pertumbuhan
dicapai secara maksimal pada kisaran inflasi sebesar 5 - 6% pertahun.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka masalah dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.
Perekonomian di Indonesia
2.
Inflasi
a.
Pengertian Inflasi
b.
Penyebab Inflasi
c.
Jenis Inflasi
d.
Dampak Inflasi
e.
Cara Mengatasi Inflasi
3.
Dampak Inflasi terhadap Perekonomian
B.
Pembahasan
1.
Perekonomian Indonesia
Bidang
perekonomian, perekonomian merupakan suatu bidang
kegiatan manusia dalam rangka mencukupi kebutuhannya disamping alat pemuas
kebutuhan yang terbatas. Hal tersebut dalam ilmu ekonomi menyangkut berbagai
bidang antara lain permintaan, penawaran, produksi, distribusi barang dan jasa.
Bidang ekonomi tidak bisa dilepaskan dengan factor-faktor lainnya yang saling berkaitan.
Perekonomian selain berkaitan dengan wilayah geografi suatu Negara, juga sumber
kekayaan alam, sumber daya manusia, cita-cita masyarakat yang lazimnya disebut
ideology, akumulasi kekuatan, kekuasaan, serta kebijaksanaan yang akan
diterapkan dalam kegiatan produksi dan distribusi, nilai social budaya, serta
pertahanan dan keamanan yang memberikan jaminan lancarnya roda kegiatan ekonomi
suatu bangsa. Proses tersebut akan mempunyai dampak positif dalam arti
meningkatkan kesejahteraan suatu banga manakala kegiatan ekonomi itu
terselenggara dalam posisi keseimbangan antara permintaan dan penawaran,
produksi, distribusi barang dan jasa.
Permasalah perekonomian saat
ini adalah bukan hanya sekadar inflasi atau deflasi melainkan adanya
ketimpangan – ketimpangan di berbagai daerah, seperti didaerah tertentu ada
yang mempunyai rumah mewah tapi di suatu daerah tertentu masih ada yang
mempunyai rumah yang kumuh.
Salah satu faktor yang
mempengaruhi perekonomian adalah inflasi, dampaknya adalah melemahnya daya beli
masyrakat, lesunya investasi sehingga mengakibatkan pertumbuhan perekonomian
menjadi terhambat.
2.
Inflasi
2.1
Pengetian Inflasi
Menurut Parkin dan Bade inflasi adalah pergerakan ke arah atas dari tingkatan
harga. Secara mendasar ini berhubungan dengan harga, hal ini bisa juga disebut
dengan berapa banyaknya uang (rupiah) untuk memperoleh barang tersebut.
Menurut Nopirin
(1987:25) inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum barang-barang
secara terus menerus selama peride tertentu.
Menurut Samuelson dan
Nordhaus (1998: 578-603) inflasi dinyatakan
sebagai kenaikan harga secara umum. Jadi tingkat inflasi adalah tingkat
perubahan harga secara umum yang dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:
Rate of inflation (yeart) = Price level (year t) – price
level
(year t-1) rice
level (year t-1).
Ada
tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan telah terjadi inflasi,
menurut Prathama
dan Mandala (2001:203) adalah:
1. Kenaikan harga
1. Kenaikan harga
Harga suatu komoditas
dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi darpada harga periode sebelumnya.
2. Bersifat
umum
Kenaikan harga suatu
komoditas belum dapat dikatakan inflasi jika kenaikan tersebut tidak menyebabkan
harga secara umum naik.
3. Berlangsung
terus menerus
Kenaikan harga yang
bersifat umum juga belum akan memunculkan inflasi, jika terjadi sesaat, karena
itu perhitungan inflasi dilakukan dalam rentang waktu minimal bulanan.
Menurut
Rahardja (1997: 32) inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk
meningkat secara umum dan terus-menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua
barang saja tidak disebut inflasi, tetapi jika kenaikan meluas kepada sebagian
besar harga barang-barang maka hal ini disebut inflasi.
Eachern (2000: 133) menyatakan bahwa inflasi adalah kenaikan
terus-menerus dalam rata-rata tingkat harga. Jika tingkat harga berfluktuasi,
bulan ini naik dan bulan depan turun, setiap adanya kenaikan kerja tidak
berarti sebagai inflasi.
Sukirno
(2004: 27) memberikan definisi bahwa inflasi adalah suatu proses kenaikan
harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian.
BPS
(2000: 10) mendefinisikan inflasi sebagai salah satu indikator untuk melihat
stabilitas ekonomi suatu wilayah atau daerah yang menunjukkan perkembangan
harga barang dan jasa secara umum yang dihitung dari indeks harga konsumen.
Dengan demikian angka inflasi sangat mempengaruhi daya beli masyarakat yang
berpenghasilan tetap, dan di sisi lain juga mempengaruhi besarnya produksi
barang.
Berdasarkan berbagai definisi yang telah dikemukakan di atas
maka dapat diambil kesimpulan bahwa secara umum inflasi adalah suatu gejala
naiknya harga secara terus-menerus (berkelanjutan) terhadap sejumlah barang.
Kenaikan yang sifatnya sementara tidak dikatakan inflasi dan kenaikan harga
terhadap satu jenis komoditi juga tidak dikatakan inflasi.
2.2
Ukuran Inflasi
Ada beberapa
cara untuk mengukur inflasi. Inflasi utama adalah angka inflasi baku seperti
yang dilaporkan melalui Indeks Harga Konsumen (IHK) atau dalam bahasa luarnya
Consumer Price Index (CPI). Biro Statistik merilis angka IHK bulanan. Angka ini
menghitung biaya untuk membeli sejumlah barang sebagai cara untuk menentukan
berapa banyak inflasi yang terjadi dalam ekonomi secara luas sebagai persentase
kenaikan tahunan. Misalnya, angka inflasi 3% setara dengan tingkat bulanan,
jika diulang selama 12 bulan, akan menciptakan inflasi 3% untuk tahun ini.
Angka inflasi
tidak disesuaikan dengan perubahan musiman dalam perekonomian atau untuk yang
lebih sering unsur harga pangan dan energi yang volatile. Inflasi utama adalah
ukuran yang memiliki arti terbesar bagi konsumen, karena kita harus makan dan
mengisi bahan bakar.
Inflasi inti,
yang merupakan tolok ukur yang disukai bank sentral, adalah ukuran inflasi yang
tidak termasuk makanan dan energi. Inflasi inti menghilangkan barang-barang ini
karena mereka dapat memiliki guncangan harga sementara yang dapat menyimpang
dari tren inflasi secara keseluruhan dan memberikan apa yang pandangan bias
pada bank sentral sebagai ukuran inflasi. Inflasi inti paling sering dihitung dengan
mengambil Indeks Harga Konsumen dan tidak termasuk barang-barang tertentu
(biasanya energi dan produk makanan). Metode lain termasuk perhitungan metode
outlier, yang menghilangkan produk yang telah memiliki perubahan harga
terbesar. Inflasi inti diperkirakan menjadi indikator yang mendasari inflasi
jangka panjang.
Beberapa variasi
pada inflasi juga perlu diperhatikan. Hiperinflasi adalah inflasi yang luar
biasa cepat dan tinggi. Dalam kasus ekstrim, hal ini dapat menyebabkan
kerusakan sistem moneter suatu negara. Salah satu contoh yang paling menonjol
dari hiperinflasi terjadi di Jerman pada tahun 1923, ketika harga naik 2.500%
dalam satu bulan, juga pada beberapa Negara Afrika seperti Zimbabwe beberapa
tahun yang lalu.
Stagflasi adalah
kombinasi dari tingginya angka pengangguran dan stagnasi ekonomi dengan
inflasi. Hal ini terjadi di negara-negara industri pada 1970-an, ketika ekonomi
yang buruk dikombinasikan dengan kenaikan harga minyak OPEC. Di ujung lain dari
spektrum adalah deflasi, yang terjadi ketika tingkat harga umum jatuh. Ini
adalah kebalikan dari inflasi.
2.3
Efek Inflasi
Efek
inflasi sangat luas dan beraneka ragam serta menurunkan tingkat kesejahteraan
hidup masyarakat. Laju tingkat pertumbuhan inflasi yang tinggi akan merusak
struktur ekonomi dan melemahkan kinerja perekonomian suatu negara.
Menurut
Nopirin (1987 : 32) inflasi mempunyai efek sebagai berikut :
a.
Efek terhadap pendapatan ( Equity Effects)
Efek
inflasi terhadap pendapatan bersifat tidak merata, ada yang mengalami kerugian
terutama mereka yang berpenghasilan tetap dan ada pula kelompok yang mengalami
keuntungan dengan adanya inflasi. Inflasi menguntungkan masyarakat yang pendapatannya
ikut naik dengan adanya kenaikan harga, tetapi merugikan golongan masyarakat
yang mempunyai pendapatan tetap. Hal ini disebabkan pada masa inflasi harga
barang-barang dan jasa-jasa naik yang berarti turunnya nilai uang. Pihak-pihak
yang mendapatkan keuntungan dengan adanya inflasi adalah mereka yang memperoleh
kenaikan pendapatan dengan persentase yang lebih besar dari laju inflasi, atau
mereka yang mempunyai kekayaan bukan uang dimana nilainya naik dengan
persentase lebih besar dari laju inflasi.
b.
Efek terhadap efisiensi ( Efficiency Effects)
Inflasi
dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan ini dapat
terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang yang kemudian
dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu.
Dengan adanya inflasi permintaan akan barang tertentu mengalami kenaikan yang
lebih besar dari barang lain, yang kemudian mendorong kenaikan produksi barang
tersebut. Kenaikan produksi barang ini pada gilirannya akan merubah pola
alokasi faktor produksi yang sudah ada.
c.
Efek terhadap output ( Output Effects )
Apabila
laju inflasi sangat tinggi (hyper inflation) dapat menyebabkan penurunan
output. Dalam keadaan inflasi yang tinggi, nilai uang riil turun dengan drastis,
masyarakat cenderung tidak menyukai uang kas, transaksi mengarah ke
barter, yang biasanya diikuti dengan turunnya produksi barang.
2.4
Teori Inflasi
Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab
meningkatnya harga. Walaupun analisis ekonomi dan kebijakan ekonomi terhadap
inflasi sejak tahun 1970-an dapat dibedakan menjadi dua kelompok aliran, yakni
Keynesian dan Monetaris namun dalam beberapa literatur disebutkan versi yang
berbeda, dimana aliran inflasi dibagi menjadi,
Klasik, Keynesian, Moneterisme, dan Ekspektasi.
1. Teori Inflasi Klasik
Teori ini
berpendapat bahwa tingkat harga terutama ditentukan oleh jumlah uang beredar,
yang dapat dijelaskan melalui hubungan antara nilai uang dengan jumlah uang,
serta nilai uang dan harga. Bila jumlah uang bertambah lebih cepat dari
pertambahan barang maka nilai uang akan merosot dan ini sama dengan kenaikan
harga. Jadi menurut Klasik, inflasi berarti terlalu banyak uang beredar atau
terlalu banyak kredit dibandingkan dengan volume transaksi maka obatnya adalah membatasi
jumlah uang beredar dan kredit. Pendapat Klasik tersebut lebih jauh dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Inflasi =
f(jumlah uang beredar, kredit).
2.
Teori Inflasi Keynes
Teori ini
mengasumsikan bahwa perekonomian sudah
berada pada tingkat full employment. Menurut Keynes kuantitas uang tidak
berpengaruh terhadap tingkat permintaan total, karena suatu perekonomian dapat
mengalami inflasi walaupun tingkat kuantitas uang tetap konstan. Jika uang
beredar bertambah maka harga akan naik.
Kenaikan harga ini akan menyebabkan bertambahnya permintaan uang untuk
transaksi, dengan demikian akan menaikkan suku bunga. Hal ini akan mencegah
pertambahan permintaan untuk investasi
dan akan melunakkan tekanan inflasi.
Analisa Keynes
mengenai inflasi permintaan dirumuskan berdasarkan konsep inflationary gap.
Menurut Keynes, inflasi permintaan yang benar-benar penting adalah yang
ditimbulkan oleh pengeluran pemerintah, terutama yang berkaitan dengan
peperangan, program investasi yang besar-besaran dalam kapital sosial. Dengan
demikian pemikiran Keynes tentang inflasi dapat dirumuskan menjadi :
Inflasi = f (jumlah uang beredar, pengeluaran pemerintah, suku
bunga, investasi).
3.
Teori
Inflasi Moneterisme
Teori ini
berpendapat bahwa, inflasi disebabkan
oleh kebijaksanaan moneter dan fiskal yang ekspansif, sehingga jumlah uang
beredar di masyarakat sangat berlebihan. Kelebihan uang beredar di masyarakat
akan menyebabkan terjadinya kelebihan permintaan barang dan jasa di sektor
riil. Menurut golongan moneteris, inflasi dapat diturunkan dengan cara menahan
dan menghilangkan kelebihan permintaan melalui kebijakan moneter dan fiskal
yang bersifat kontraktif, atau melalui kontrol terhadap peningkatan upah serta
penghapusan terhadap subsidi atas nilai tukar valuta asing. Sehingga teori
inflasi menurut Moneterisme dapat dinotasikan sebagai berikut :
Inflasi = f (kebijakan moneter ekspansif, kebijakan fiskal
ekspansif).
4.
Teori
Ekspektasi
Menurut
Dornbusch, bahwa pelaku ekonomi membentuk ekspektasi laju inflasi berdasarkan
ekspektasi adaptif dan ekspektasi rasional. Ekspektasi rasional adalah ramalan
optimal mengenai masa depan dengan menggunakan semua informasi yang ada.
Pengertian rasional adalah suatu tindakan yang logik untuk mencapai tujuan
berdasarkan informasi yang ada. Artinya secara sederhana teori ekspektasi dapat
dinotasikan menjadi :
Inflasi = f
(ekspektasi adaftif,ekspektasi rasional)
5.
Teori
Strukturalis
Adalah
teori mengenai inflasi yang didasarkan atas pengalaman di negara Amerika Latin.
Teori ini memberi tekanan pada ketegaran (rigidities) dari struktur
perekonomian yang sedang berkembang. Karena inflasi dikaitkan dengan
faktor-faktor struktural dari perekonomian (faktor-faktor ini hanya bisa
berubah secara gradual dan dalam jangka panjang) maka teori ini disebut juga
teori inflasi jangka panjang.
2.5 Cara Mengatasi Inflasi
Dari berbagai
teori diatas maka terdapat beberapa cara menanggulangi inflasi atau kebijakan
inflansi yaitu :
1.
Kebijaksanaan
Moneter.
Kebijakan ini dicapai melalui pengaturan
jumlah uang yang beredar yang terdiri atas giro dan kas.
2.
Kebijakasanaan
Fiskal
Kebijakan ini menyangkut mengenai
pengaturan tentang pengeluaran pemerintah serta perpajakan yang secara langsung
dapat mempengaruhi permintaan total dan dengan demikian akan mempengaruhi
harga.
3.
Kebijaksanaan
yang berkaitan dengan output
Kebijakan ini dapat memperkecil laju
inflasi.
4.
Kebijaksanaan
Penentuan Harga
Kebijakan ini secara langsung terjun
melakukan operasi pasar untuk mengendalikan harga.
5.
Kebijakan Umum
Kebijakan ini dimaksudkan untuk
memperbaiki struktur perekonomian yang tidak fleksibel menghadapi perkembangan
perekonomian yang ada . kebijakan ini dapat berakibat langsung terhadap
menurunya inflasi munkin juga dapat bersifat tidak langsung.
3.
Dampak
Inflasi terhadap Perekonomian
Dampak inflasi terhadap perekonomian
yang pada akhirnya akan berpengaruh kepada tingkat kemakmuran masyarakat,
berikut ini dampak negatif dari inflasi:
1. Terhadap
distribusi pendapatan ada pihak-pihak yang dirugikan, diantaranya
a. Inflasi
akan merugikan bagi mereka yang berpendapatan tetap, seperti; pegawai negeri.
Contoh, amir seorang pegawai negeri memperoleh gaji Rp. 60.000.000
setahun dan laju inflasi 10%. Bila penghasilan Amir
tidak mengalami perubahan, maka ia akan mengalami penurunan
pendapatan riil sebesar 10% x Rp. 60.000.000 = Rp.
6.000.000.
b. Kerugian
akan dialami bagi mereka yang menyimpan kekayaan dalam bentuk uang tunai.
c. Kerugian
akan dialami para kreditur, bila bunga pinjaman yang diberikan lebih rendah
dari inflasi.
Di lain pihak ada yang diuntungkan
dengan adanya inflasi:
- Orang yang persentase pendapatannya melebihi persentase kenaikan inflasi
- mereka yang memiliki kekayaan bukan dalam bentuk uang tunai, tetapi
- Orang yang persentase pendapatannya melebihi persentase kenaikan inflasi
- mereka yang memiliki kekayaan bukan dalam bentuk uang tunai, tetapi
dalam
bentuk barang atau emas.
2. Dampak
terhadap efisiensi, berpengaruh pada:
a. Proses
produksi dalam penggunaan faktor-faktor produksi menjadi tidak efesien ada saat
terjadi inflasi.
b. Perubahan daya beli masyarakat yang berdampak
terhadap struktur permintaan masyarakat terhadap beberapa jenis barang.
3.
Dampak inflasi terhadap output
(hasil produksi):
a. Inflasi
bisa menyebabkan kenaikan produksi. Biasanya dalam keadaan inflasi kenaikan
harga barang akan mendahului kenaikan gaji, hal ini yang
menguntungkan produsen.
b. Bila
laju inflasi terlalu tinggi akan berakibat turunnya jumlah hasil produksi,
dikarenakan nilai riil uang akan turun dan masyarakat tidak senang
memiliki uang tunai, akibatnya pertukaran dilakukan antara barang
dengan barang.
4.
Dampak inflasi
terhadap pengangguran
Suatu negara yang berusaha
menghentikan laju inflasi yang tinggi, berarti pada saat yang sama akan
menciptakan pengangguran. Untuk melihat laju inflasi dengan tingkat
pengangguran, dapat diperlihatkan dalam Kurva Philips:
Keterangan Gambar:
1. Kurva
philip adalah kurva yang menggambarkan hubungan negatif antara inflasi dan pengangguran.
a. Semakin
tinggi tingkat inflasi, maka tingkat pengangguran semakin rendah.
b. Semakin
rendah tingkat inflasi, maka tingkat pengangguran semakin tinggi
2.
Pada titik E, tingkat inflasi nol
dan pengangguran ada tingkat pengguna tenaga kerja penuh (full employment)
a. Pada
titik A, tingkat inflasi negatif (deflationary gap), tingkat
pengangguran lebih tinggi.
b. Pada
titik B, tingkat inflasi positif (inflationary gap), tingkat
pengangguran lebih rendah.
C.
Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan bahwa
suatu perekonomian dapat perekonomian adalah perekonomian
merupakan suatu bidang kegiatan manusia dalam rangka mencukupi kebutuhannya
disamping alat pemuas kebutuhan yang terbatas. Hal tersebut dalam ilmu ekonomi
menyangkut berbagai bidang antara lain permintaan, penawaran, produksi,
distribusi barang dan jasa.
Inflasi adalah suatu
gejala naiknya harga secara terus-menerus (berkelanjutan) terhadap sejumlah
barang. Kenaikan yang sifatnya sementara tidak dikatakan inflasi dan kenaikan
harga terhadap satu jenis komoditi juga tidak dikatakan inflasi.
Kemudian dampak dari inflasi dapat diidentifikasi sebagai
berikut:
1.
Dilihat dari distribusi pendapatan
dimana akan merugikan pihak – pihak yang berpendapatan tetap.
2.
Dilihat dari efesiensi, yaitu
dimana faktor – faktor produksi menjadi tidak efisien.
3.
Dilihat dari kenaikan output dimana adanya
kenaikan biaya produksi
4.
Dilihat dari segi pengagguran yaitu dimana jika
inflasi naik maka pengaggran rendah dan kebalikanya.
D.
Daftar Pustaka
Ahira, Anne. Kondisi Perekonomian
Indonesia Saat Ini. http://www.anneahira.com/kondisi-perekonomian-indonesia-saat-ini.htm. Diakses pada tanggal 19 Oktober 2013.
Christy, Claudia. 2013. Faktor – Faktor
yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi dalam Perekonomian Suatu
Negara. http://claudiachristi.blogspot.com/2013/04/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html. Diakses pada tanggal 19 Oktober 2013.
Education. Pengertian
dan Jenis Inflasi. http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/07/pengertian-dan-jenis-inflasi.html. Diakses pada tanggal 21 Oktober 2013.
Genius. Inflasi. http://genius.smpn1-mgl.sch.id/file.php/1/ANIMASI/ekonomi%20dan%20Sosial/INFLASI/materi03.html. Diakses pada tanggal 21 Oktober 2013.
Fiqhislam. 2013. Efek
Inflasi. http://www.fiqhislam.com/index.php?option=com_content&view=article&id=26746:efek-inflasi&catid=166:mengenal-investasi&Itemid=206.
Diakses pada tanggal 21 Oktober 2013.
Josephine. 2013. Makalah
Perekonomian Indonesia. http://josephinejoe.wordpress.com/2013/06/09/makalah-perekonomian-indonesia/. Diakses pada tanggal 19 Oktober 2013.
Jurnal Manajemen. Inflasi ;
Definisi, Komponen, Tingkat dan Metode Pengukuran. http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/04/inflasi-definisi-komponen-tingkat-dan.html. Di akses pada tanggal 20 Oktober 2103.
Kata
Ilmu. Pengertian Inflasi. http://www.katailmu.com/2013/05/pengertian-inflasi.html. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2013.
Mahadana. 2013. Apasih Inflasi itu?. http://www.mahadanalearning.com/artikel/ekonomi/177-apa-sih-inflasi-itu.html.
Diakses pada tanggal 21 Oktober 2013.
Hidayat, Rachmat. 2011. Teori Inflasi. http://ramadunja.blogspot.com/2011/05/teori-inflasi.html.
Diakses pada tanggal 21 Oktober 2013.
Rahardja, Prathama. Uang dan Perbankan. Jakarta: Rineka Cipta.
Sihombing. 2009. Inflasi dan Dampak
Inflasi. http://sihombingruben.blogspot.com/2009/10/pengertian-dan-dampak-inflasi_8943.html. Diakses pada tanggal 21 Oktober 2013.
Shooving. 2011. Pengertian Perekonomian.
http://id.shvoong.com/law-and-politics/political-economy/2117289-pengertian-perekonomian/#ixzz2iBHTVidD. Diakses pada tanggal 19
Oktober 2013.
Universitas
Tarumanegara. Dampak Inflasi terhadap Perekonomian. http://www.ut.ac.id/html/suplemen/espa4210/espa4210a/dampak%20inflasi.htm. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar